Skip to main content

Viro, Live the Moments, Live My Pregnancy


Alhamdulillah ketemu lagi sama bulan Ramadhan, bulan mulia yang penuh keberkahan. Ramadhan bagiku merupakan moments yang spesial dan selalu meninggalkan kesan mendalam tiap masanya. Dari aku kecil sampe saat ini, yang sudah menjadi seorang istri dan sedang mengandung 7 bulan, semuanya punya ceritanya sendiri. Dulu pertama kali puasa seingetku pas TK. Bukan hal mudah bagi anak TK, apalagi temen-temenku tidak ada yang puasa, ada rasa semacam iri melihat temen yang tidak berpuasa, hehe. Sebenarnya bapak dan ibuku tidak mengharuskanku, waktu itu murni keinginanku untuk berpuasa, ingin belajar dan merasakan “rasanya kayak apa sih puasa itu?”. Seiring berjalannya waktu tentu aku sudah terbiasa dengan puasa. 

Untuk Ramadhan kali ini, agak berbeda lagi, statusku sebagai istri dan sedang hamil anak pertama dengan usia kehamilan 7 bulan, awalnya sempat bertanya-tanya “aku ikut puasa ga yah?”. Sebenernya pertanyaan itu muncul saat pertama aku ketauan hamil. Sebulan setelah menikah, si tamu bulanan tidak berkunjung dan langsung membeli testpack, alhamdulillah positif.



Setelah itu aku jadi inget hutang-hutang puasaku di Ramadhan tahun 2011. Tidak seperti di tahun-tahun sebelumnya aku selalu membayar hutang puasa begitu Ramadhan selesai, yaitu di bulan Syawal. Tapi pada tahun 2011, di bulan Syawal aku malah sakit maag parah. Penyebabnya apa coba? Karena stres persiapan mau nikah, dimana semua aku yang mengurus. Jadi dari bulan September sampai Desember (aku nikahnya Desember) sama sekali belum membayar hutang puasa. 

Bulan Januari ketauan hamil, trimester pertama, sama seperti ibu-ibu hamil lainnya di trimester pertama, ada mual, muntah, pusing, lemes, jadi sama sekali belum berani berpuasa untuk membayar hutang. Masuk trimester kedua bulan april, mau memulai puasa masih ragu. Alhamdulillah dapet pencerahan dari kajian kemuslimahan di radio. Ustadzahnya menyebutkan bahwa ibu hamil boleh berpuasa, asal kondisi ibu dan janin sehat dan sahurnya berkualitas. Karena dari pemeriksaan rutin kondisiku dan janin alhamdulillah sehat, akupun memberanikan diri untuk berpuasa membayar hutang puasa Ramadhan pada bulan Mei. Selain dalam rangka membayar hutang puasa, juga sekalian untuk melatih puasa ketika Ramadhan nanti. 

Hari pertama puasa di saat hamil persiapannya matang banget, sahurnya lengkap ada daging, sayur, nasi, madu, susu, dan banyak minum air putih. Memasuki pukul 9 pagi, perut mulai terasa lapar, hihi, aku rasa itu hal yang lumrah, tidak hamil pun yang namanya orang puasa pasti lapar. Teringat juga dalam kajian di radio “Kalau ibunya rajin puasa ketika hamil, maka anaknya insya Allah nantinya jadi anak yang rajin puasa juga”. Duh, siapa yang tidak ingin punya anak sholeh coba? Tabungan akhirat bagi kedua orang tuanya. Ada tips juga dari ustadzah, ketika akan puasa, berkomunikasi terlebih dahulu dengan dedek di dalam perut :

“dedek, besok umi mau puasa, dedek ikut ya, puasa itu apa sayang? Puasa itu tidak makan dan minum dari terbit fajar sampai maghrib, jadi nanti kita bangun jam 4 pagi buat makan sahur, setelah adzan shubuh tidak makan dan minum lagi sampai maghrib, itu namanya puasa, insya Allah dedek kuat ya, dedek sholih/sholihah, anak pinter, pinter puasa, puasa bareng umi, mmmuah”

Jadi janin sudah dapat diajak berkomunikasi loh sejak ruh ditiupkan, makanya jangan remehkan dedek bayi, dengan mengkomunikasikan seperti itu, insya Allah dedek akan mendukung selama uminya puasa.

Latihan puasa (sekaligus membayar hutang puasa) memang tidak setiap hari dan tidak berturut-turut, tapi diberi jeda hari lumayan banyak. Tentu berbeda dengan puasa Ramadhan yang waktunya kontinyu setiap hari. Sempat ragu lagi, apakah mau puasa atau tidak? Melihat pengalaman kakak yang dulu juga lagi hamil trimester ketiga, tetap menjalankan puasa dan tetap beraktivitas “ngantor” setiap hari, bahkan dengan mengendarai motor sendiri. Seingatku, kakakku kuat dan mampu berpuasa dan memang kondisi ibu dan janin sehat. Dari cek kehamilanku, aku dan janin sehat, berat badan normal, dan kondisi lainnya juga normal, jadi dengan tekad “bismillah” diniati ikut puasa selama bulan Ramadhan. Apalagi di twitter ada twitnya pak dokter :



“untuk busui dan bumil yang ingin berpuasa sebenarnya tergantung seberapa kuat motivasinya. kalo diniatkan karena Allah, insyaAllah kuat..”

Makin mantaplah aku untuk berpuasa, bismillahirrahmaanirrahiim. Apalagi suamiku sangat mendukung, si Abi juga memotivasi dedek bayi dengan mengajak komunikasi agar ikut membantu uminya berpuasa karena dalam rangka ibadah kepada Allah, belajar agar menjadi anak yang shalih/ shalihah, aamiin ya Rabb :).

Agar lebih mantap puasanya, aku mencari informasi sebanyak-banyaknya bagaimana agar ibu hamil berpuasa tapi tetap bugar. Salah satunya adalah minum air putih sebanyak-banyaknya sebelum adzan shubuh. Di kontrakanku di sini, kualitas air sumurnya kurang bagus, jadi ga berani memakai air sumur untuk diminum, jadi harus beli untuk air minumnya. Ada baaanyak merk air minum dalam kemasan, dan baru-baru ini temenku cerita tentang Viro. Karena penasaran, aku cari di toko kelontong dekat rumah, ternyata tidak ada, aku cari di minimarket dekat rumah juga tidak ada. Masih penasaran, akupun mencari di internet, sebenarnya di mana Viro bisa diperoleh. Ternyata Viro ada di Giant (salah satunya), langsung deh ke Giant sekalian belanja bulanan, dan berhasil mendapatkan Viro :D.


Viro membantu banget puasa dan kehamilanku, karena kebutuhan air minum bagi ibu hamil itu sangat besar, apalagi Viro ini air mineral yang sehat dan aman. Hal ini terbukti dari websitenya www.viro.co.id, terdapat informasi :

Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Serta telah lulus dalam uji TDS (Total Water Solid), TDS sendiri digunakan untuk mengukur kadar kemurnian air dari mineral anorganik. Uji ini penting karena sebenarnya Air tidak mengandung kadar mineral lain selain H2O.

VIRO telah memenuhi semua syarat tersebut dengan membuktikan hasil uji klinis dengan menghasilkan air yang tidak berbau, berwarna, serta mengandung nilai TDS sebesar 19-24 ppm atau termasuk dalam air mineral yang aman untuk dikonsumsi.

VIRO sangat memperhatikan kualitas dari produk, diawali dengan proses pemilihan, pengolahan dan pelestarian air baku. Karena hanya bahan baku terbaiklah dan lolos dari proses uji laboratorium yang akan digunakan, sehingga segala kebaikan air sehat dapat dijaga hingga dapat dikonsumsi oleh konsumen.

VIRO juga telah membuktikan komitmennya dengan mendapatkan sertifikasi standar kualitas produk bermutu yang dikeluarkan oleh lembaga atau badan berwenang antara lain MUI, Deperindag (SNI) , BPOM dan sudah memperoleh ISO 9001:2008 dan ISO 22000:2005.

Sebagai lulusan S2 kimia yang pernah PKL di BBTPPI DEPPERIN dan pernah melakukan pengujian terhadap Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), jadi tambah yakin dengan kualitasnya Viro.



Untuk selanjutnya, setelah tidak berpuasa, konsumsi Viro perlu dilanjutkan, agar tubuh semakin bugar karena sebentar lagi menjelang kelahiran dedek bayi, di mana tubuh harus selalu sehat dan bugar tentunya. Viro, live the moments, live my pregnancy moments ^_^.



Postingan ini diikutkan dalam lomba NgeBlog Bareng VIRO

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

ketika MP makin sepi...

Sedang merasa kompleks MP akhir-akhir ini sepi Yah Maybe lagi ada kesibukan masing-masing Gimanapun juga Urusan di dunia nyata lebih penting Jadi pengen nambah kontak Pengen gabung di "komunitas" baru Tapi ada ga yah Komunitas apaan juga Biar seru aja Kalo sepi terus, jadi ga asyik Kesannya nuntut banget yah Hehe Menurutku, ngempi paling asyik pas bulan mei-juni-juli kemaren Ngerasa komplek MP lagi rame-ramenya Semua kontakku rajin onlen semua Rajin posting Rajin komen-mengomen Seru deh Makanya ni lagi pengen nambah kontak Ada referensi?